Kamis, 29 Desember 2011

Masak

brum...jalan ke Pasar Tanjung sama mbak icha. bau, yaaah..namanya juga pasar. mana ada pasar nggak bau (pasar modern tu gk bau) #plakk, gk usah bilang deh. ssst ..
kembali ke topik~
pasar sama saja sama taman sesat, cuma ganti nama jadi Pasar Sesat. hahaha. gini anak yang gak pernah masuk Pasar Tanjung (hiperbol). Di pasar kita ketemu sama ikan tongkol, kentang 1stgh kg, bawang merah, bawang putih, cabe merah, cabe rawit, merica, tempe, salak.
goreng-goreng resep eyang putri mbak icha XD namanya orank arik. enakkk bget, #plakk
masak dari jam 11 selesai jam 4. lama, badan pegel semua. tapi waktu makan, puas rasanya. hasil jerih payah sendiri :)

Rabu, 28 Desember 2011

mentok

hah!! sepertinya saya sudah hampir tidak dianggap, terbukti --> mintak gnti hp=gk boleh. bukti lainnya --> kakak gnti bb=langsung capcus.
cara 1:
mewek-mewek smpek ngambek (njiplak cara kakak) 2hari sama dengan nihil (gagal)
cara 2:
cara dewasa gagal jugag
cara 3:
nyindir-nyindir lagi-lagi gagal
cara 4:
mintak bantu kakak yang satunya (belum dicoba) tapi kyknya gagal

4 cara itu gagal semua. ampun deh >0<
#curcol. hehe

Selasa, 20 Desember 2011

Sekaligus

sekarang adalah hari sekaligus, sekaligus menyakitkan dan menyenangkan, hehehe. tapi banyakan menyakitkanny~

Minggu, 18 Desember 2011

Pada Mu Aku berakhir

Gundukan karang tempat aku bermain
Terbebas dari penjahat tak berwelas
Adalah sarat menuju lukisan-Nya
Serpihan karang harus mencoba
Menancap pada kaki tak beralas ciliata
Melawan amukan angin yang melarang aku pergi
Menembus huruf-perhuruf menantu eyang
Aku harus sampai
Di bibir laut berlonjak
Ombak bergulung
Gelap, aku gagal


(18-12-2011)

Mati

Tersandar pada pekarangan
Penerangan adalah bulan
Bintang laksana kunang
Di antariksa aku tenggelam
Tergeletak saat awan pekat
yang menjadi penawar tak ada
Abu-abu tulisan adalah penghambat
Petuah sudah habis
Bintang-bintang tertutup
Satu tersisa untuk penawar
Jauh harus digapai
atau tidak selamanya
Adalah memegang angin


(18-12-2011)

Pada Dermaga Tua

Kepada dermaga tua
yang tak lain adalah kesaksian
Menjadi tempatr singgah terakhir
Dalam seulas kisah

Kepada dermaga tua
Angin berembus
Berusaha memisahkan entah melarang
Membawa kesuatu tempat asing
Yang tak lain adalah penjara

Kepada dermaga tua
kapal-kapal menjadi nestapa
Menuju keperasingan
Mencari kanvas baru


(18-12-2011)

Kesaksian Bisu

Tak seperti kisahmu
Aku tertawa renyah mendengarnya
Pada dermaga ini
Adalah kesaksian kau pergi
dan tak akan kembali
Merintis kegiatan baru
Pun teman baru
Melupakan aku meski kau bilang "kita teman selamanya ... "
Aku bisa menyandramu
Bila aku ingin
Membiarkan cinta itu pergi
Tinggalkan satu kembang edelweis yang ayu untukku sebelum kau pergi
saat kembang itu mati kau pasti pulang
Ah, itu palsu


(18-12-2011)

Sabtu, 17 Desember 2011

Bersadrah Pada Beranda

Terpaut ku pada hujan

Menatap dari beranda

Tetes-tetes adalah musibah

setetes arti berarti

Jejak palsu yang tertera

Sesat saat kediaman

Diam-diam adalah api

Sajak miskin makna

Hujan tanpa angin

Adalah hampa

Tersesat, entah apa

Terbeban ku dipikul

Bersadrah pada rembulan


(17-12-2011)

Tanpa Petunjuk

Batu naunganku

jemari mengetuk-ngetuk pada landasan

Terhempas samudra

Terjun tertarik ikan berenang-renang

Segi tiga permuda sebentar lagi

Menelan makhluk hidup

Hilang tersesat hamparan laut luas

Kembali adalah palsu

Menatap remang-remang kedepan

Ombak bergulung dengan besar


(16-12-2011)

Tak Ada Alasan Untuk Hujan

Kilat guntur gemuruh hujan

Tertahan hujan pada penampungan

Merembas sepersekian detik

Tersisa hujan di atas awan

Di atas gemuruh langit

Kilat bermain perang

Menyambar-nyambar kaki langit

mengalah pada matahari

Menyembur air pada permukaan

Terlihat sedih

Langit ikut murka

Rindu, melepas air bening

Matahari sudah tiada

Menjadi kota mati



(16-12-2011)

Mega Mendung

Terdiam mengkerik pada sudut malam

Jerit melengking terduga

Tergoyang baahu menatap

Yang welas semakin dibutuhkan

Jangkrik menyaring berteriak

Tertutup wahai bulan

Dingin menusuk sepertinya

Kesunyian hati merindu

Tersakiti hati terluka

Menatap indah bintang

Lima sudut yang runcing

terlampiaskan pada malam ini

tersilak angin malam

berganti pada matahari

tetap mendung menanti


 (16-12-2011)
Terdiam mengkerik pada sudut malam

Jerit melengking terduga

Tergoyang bahu menatap

Yang welas semakin dibutuhkan

Jangkrik menyaring berteriak

Tertutup wahai bulan

Dingin menusuk sepertinya

Kesunyian hati merindu

Tersakiti hati terluka

Menatap indah bintang

Lima sudut yang runcing

terlampiaskan pada malam ini

tersilak angin malam

berganti pada matahari

tetap mendung menanti